header-int

Sejarah GKMI

Posted by : Administrator
Share

Sejarah GKMI

           

             seorang bapak bernama Dolof Lumingas asal desa Manembo Langowan. Kepalanya di paku dari kiri kekanan sampai tembus, Wiliam Wangko mmencabut paku tersebut lalu berkata ”dalam nama Tuhan Yesus sembuh!” langsung sembuh dan tidak mengalami kematian. Karunia nubuatan yang diterima Wiliam Wangko pada waktu itu cukup mencengangkan bagi banyak orang yaitu sebelum perang dunia kedua, ada beberapa rumah di Langowan yang ia tunjuk dengan tongkatnya, dan berkata “suatu waktu rumah ini akan hancur oleh bom sekutu”. Hal tersebut terjadi tetapi ada yang rumah keluarga Sigarlaki disamping gereja sentrum GMIM Langowan yang tidak di tunjuk, rumah tersebut tidak ditimpah dengan bom. Penyerahan Mandat Kepemimpinan Kelompok Persekutuan Di tepi pantai sario Manado saat Wiliam Wangko akan dinaikan ke perahu menuju kapal laut Belanda yang nama kapal tersebut “Bonteku” Wiliam Wangko berkata kepada G.W. Rawung sambil menyepak kakinya dan memukul kepala G.W. Rawung dengan Alkitab besar ia berkata dalam bahasa Daerah “Co re temmemboi parungan, taru-taruyan nange se sidang jemaat” yang artinya “Gerard kamu yang harus melanjutkan memimpin persekutuan doa ini”. Gerard tidak marah atas cara Wiliam Wangko tersebut tetapi dengan rendah hati ia berlutut dan berkata “Haleluya, Haleluya, Haleluya”. Pada tahun 1942 sampai 1945 masa pendudukan Jepang ibadah tetap dilakukan di tempat-tempat penyingkiran dan untuk pertama kalinya kelompok persekutuan doa ini membentuk pengrus dengan susunan sebagai berikut: Pucuk Pimpinan : Ketua : Gerard W. Rawung Panitera : Heybert Suwuh (Ober) Meninggal dunia tahun 1950 dan digantikan oleh Rulan Sambeka Penyimpan : Albert Rawung Anggota : Paul Londa, Paul kembuan, Rulan sambeka, David Manaroingsong, Clas Oroh, Arnold Makarawung, Habel Tumengkeng dan Viktor Tuju. Saat sedang doa puasa G.W. Rawung mengutus Ebert Tumangkeng, Heybert Suwuh dan Jhon Oroh untuk ketemun dengan bapak DS.Rewah yang merupakan kawan dekat dari G.W. Rawung untuk berdiskusi langkah-langkah apa yang harus diambil, maka DS.Rewah menyarankan untuk didirikan Organisasi Gereja permanen lalu buat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan jangan lagi berlindung di Gereja lain, lalu utusan G.W. Rawung bertanya “apa nama Gereja yang akan didirikan.?” Dijawab DS.Rewah “Maranatha” yang artinya “Tuhan Yesus Datanglah”. Maka kembalilah utusan-utusan ini serta melaporkan hasil pembicaraan dengan DS.Rewah kepada G.W. Rawung dan beliau sangat terkesan atas hasil pembicraan tersebut, maka diadakan rapat Pucuk Pimpinan dan sebagai hasil dari rapat tersebut menghasilkan dua keputusan : 1. Menugaskan kepada Pdt. A.B. Tering untuk menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gereja. 2. Mendirikan organisasi Gereja dengan nama “Gereja Kristen Maranatha”. Maka pada akhir tahun 1951 papan nama Gereja Bahtera Injil Dua diturunkan dan diganti dengan nama “Gereja Kristen Maranatha” God Bless You :)